Stats

Sabtu, 25 Agustus 2018

AGAR TIDAK KECOPETAN SEPERTI DAHLAN ISKAN

Dahlan Iskan tidak dapat menyembunyikan kegusarannya. Uangya kecopetan.  Jumlah yang sangat besar. Bukan ratusan ribu, sejuta, dua juta atau puluhan jutaan lagi. Tapi, sudah tingkat  Em alias milyar.
Uang di bank yang telah disiapkan sebanyak Rp 20 milyar itu, nilainya menyusut jadi Rp 19 milyar. Hanya tempo tiga bulan, uang hilang Rp 1 Milyar.

Ini gara-gara nilai rupiah yang merosot dari Rp.13 ribuan per dolar hingga akhir Juli kemarin mendekati angka Rp 15 ribu per dolar. (Baca: Kecopetan Sebelum ke Amerika http://disway.id)

Memang jumlah uang di bank tidak berubah. Tetap Rp 20 milyar. Namun, ketika uang tersebut hendak digunakan di Amerika, daya beli uang itu merosot 5 persen. Uang yang tadinya cukup untuk dibelanjakan jadi tidak cukup.

Sebetulnya, kejadian itu bukanlah kasuistis atau hanya menimpa Dahlan Iskan saja. Selama ini, tanpa kita sadari uang kita, gaji dan penghasilan Anda, telah kecopetan berkali-kali. Bukan hanya 5 persen tapi ribuan persen.

Lantas siapa si tukang copet itu?

Pertama adalah selisih kurs rupiah yang selalu kalah terhadap dolar. Kedua, inflasi.

Saya sendiri tidak paham benar apa makna inflasi. Satu istilah yang sering disitir para ekonom itu.

Tanyakan kepada ibu-ibu rumah tangga: mereka adalah makhluk yang paling mengerti arti inflasi.

Kaum perempuan itu, sepertinya, sudah terlahir menjadi peneliti ekonomi yang konsisten. Mereka begitu hafal perubahan harga seluruh item kebutuhan sehari hari. Mulai dari gula, beras, sampo, pasta gigi, sabun mandi, kecap botol, sambal, saos, rinso, dan seterusnya.

Para suami tidak akan pernah sadar bila sebungkus sabun Rinso, misalnya, naik harganya walau hanya Rp 500,_ Mereka baru sadar ketika gaji yang diterima mendadak tidak cukup. Jatah uang belanja mendadak tidak cukup meski sudah dinaiklan 50%. Sekeras apa pun Anda bekerja.

Apa sebab?

Paling tidak terdapat 100 item kebutuhan sehari-hari yang naik beragam mulai dari Rp 500 hingga ribuan per item. Nah, kalikan saja angka-angka itu dengan semua item kebutuhan sehari-hari.

Itu baru kebutuhan pokok. Belum kebutuhan lainnya seperti gaya hidup dan sosial Anda.

Nah, ketika terjadi kenaikan harga bensin, listrik, gas serta meroketnya dolar, maka ribuan item kebutuhan segera mengikuti deret hitung matematis. Berapa pun kenaikan penghasilan Anda, tidak akan bisa mengejar.

Inilah yang juga boleh saya disebut dengan "Rinso Ekonomi". Rasanya istilah itu, lebih mudah bagi saya untuk memahami apa itu arti inflasi.

Walau para menteri ekonomi itu mengatakan inflasi di bawah dua digit, efek berantai terhadap kenaikan aneka kebutuhan itu bisa sekian kali lipat.

Maka jika memgambil pengalaman  Dahlan Iskan yang uangnya merosot 5% dalam tiga bulan, tambahkan dengan variabel inflasi  itu. Maka nilai kecopetan uang Anda, bukan lagi 5% bisa-bisa 10-15% per tahun.

Kalaupun uang Anda di deposito, bunga paling tinggi per tahun hanya 6%. Tetap kecopetan juga.

Pertanyaan penting yang diajukan adalah: bagaimana agar uang Anda tidak kecopetan bahkan nilainya bertambah?

Saya menemukan jawaban itu dari Eko Setiyanto.  Seorang mantan Office Boy yang saat ini eksis sebagai pengusaha properti sejak 2010.

"Kalau uang Anda ditaruh di bank, lama-lama akan hilang", ujarnya.

Eko menawarkan resep jitu. Uang tersebut justru harus dibelanjakan supaya nilainya terus tumbuh. Ia telah membuktikannya. Ia memilih tanah sebagai tempat paling aman menyimpan uang.

"Memang tidak hanya di tanah. Bisa di emas, saham, atau valas. Namun, emas hanya bersifat lindung nilai. Sedangkan saham dan valas, butuh kemampuan tingkat tinggi", papar Eko.

Eko dan manajemennya saat ini sedang getol mengedukasi masyarakat untuk menyimpan uang di tanah. Tentu bukan tanah mati atau didiamkan. Tetapi tanah yang dikelola. Didayagunakan agar memberikan daya ungkit massiv bagi uang yang dibelanjakan.

Ia meluncurkan program "One Person One Hectar". Ia memberikan mentoring siapa saja yang ingin bisa memiliki lahan minimal satu hektar serta bagaimana menjadikannya sebagai sumber pendapatan massive.

Untuk apa saja?

"Bisa perumahan klaster, resort, kawasan selfie, kebun durian, kebun lengkeng, kebun alpukat, kebun bunga, dan sebagainya", ujar Eko yang bercita-cita jadi teknisi Mercy malah terjerumus jadi pengusaha properti ini.

Sejauh ini, selain telah berhasil naik pangkat dari OB menjadi pengusaha properti sukses, Eko juga berhasil membantu orang-orang terhindar dari kecopetan.

( sumber https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155782046726864&id=593706863 )

MASIH ADA YANG MAU KECOPETAN LAGI...??

Simpan dan investasikan uang anda dalam bentuk property ( tanah, rumah, ruko ).
Beli ruko di Nakhil Garden Pawarengan langsung KITA KASIH keuntungan 50 JUTA tanpa kuatir terkena inflasi, karena harga property tidak pernah turun.
Tapi dolar terus #meroket dalam 4 tahun terakhir..

www.nakhiilgarden.com